Pilihan
(Khiyar): yaitu bagi setiap masing-masing dari penjual dan pembeli
memiliki hak dalam melangsungkan akad jual-beli atau membatalkannya.
Maka hukum asal dalam akad jual-beli adalah lazim (harus ditunaikan), bilamana terjadi nya akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya, dan tidak berhak bagi siapa pun dari kedua belah pihak yang membuat akad untuk menarik kembali darinya.
Hanya saja agama islam adalah agama yang murah hati dan mudah, yang menjaga kemaslahatan dan keuntungan bagi setiap individunya. Dan diantaranya ialah bahwa seorang muslim apabila dia membeli sebuah barang atau menjualnya oleh karena sebab tertentu, kemudian dia menyesal atas pembeliannya itu, maka syariat telah membolehkan baginya untuk memilih (khiyar) hingga dia memutuskan perkaranya, dan melihat kepada kemaslahatannya, sehingga dia melanjutkan jual-belinya atau mengembalikannya, berdasarkan apa yang dia lihat sesuai baginya.
📌 Pembagian pilihan (khiyar):
Khiyar terbagi beberapa bagian, paling pentingnya:
PERTAMA: Khiyarul Majlis: yaitu tempat terjadinya jual-beli, sehingga bagi setiap masing-masing dari pelaku transaksi memiliki pilihan (khiyar) selama keduanya masih dalam majelis akad (jual-beli) dan keduanya belum berpisah dari majelis tersebut; berdasarkan hadits Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
(البيعان بالخيار ما لم يتفرقا)
"Dua orang yang melakukan akad jual-beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah". [1]
KEDUA: Khiyar As-Syarth: yaitu kedua pelaku jual beli membuat persyaratan (kesepakatan), atau salah satu dari keduanya melakukan khiyar hingga waktu yang sudah ditentukan, untuk melangsungkan akad atau membatalkannya, maka apabila masa yang telah ditentukan habis antara keduanya yang dimulai dari permulaan akad, dan dia tidak melakukan pembatalan maka jadilah (jual beli tersebut) harus ditunaikan.
Contohnya: seseorang membeli dari orang lain sebuah mobil, pembeli mengatakan: "saya melakukan khiyar hingga satu bulan penuh, maka jika dia mengembalikan barang dari pembelian ditengah-tengah bulan tersebut maka boleh baginya untuk membatalkan, dan jika tidak maka wajib baginya untuk membeli mobil tersebut hanya dengan habisnya batas waktu satu bulan.
KETIGA: Khiyarul 'Aib, yaitu yang dibenarkan bagi pembeli apabila dia temukan sebuah cacat pada barang dagangan, yang tidak diberitahukan oleh penjual, atau yang tidak diketahui oleh penjual dari barangnya, dan dengan sebab cacat ini menjadikan nilai jual barang tersebut menjadi berkurang, dan dikembalikan pengetahuan akan hal cacat tersebut kepada para ahli dari para pedagang yang kompeten, maka apabila para ahli menilainya hal itu sebuah cacat maka dibolehkan bagi pembeli melakukan khiyar, dan jika tidak maka tidak boleh melakukan khiyar.
Dan khiyar ini dibenarkan bagi pembeli, maka jika dia ingin dia boleh melanjutkan jual belinya, dan mengambil kompensasi dari cacat tersebut, yaitu berupa perbedaan antara harga barang yang bagus dengan nilai harga barangnya yaitu yang cacat, dan jika dia mau maka boleh dia kembalikan barangnya, dan dikembalikan uang yang sudah dia berikan kepada penjual.
KEEMPAT: Khiyar At-Tadlis, yaitu penjual melakukan tadlis (pengkaburan) kepada pembeli yang menyebabkan bertambahnya nilai harga, dan perbuatan ini HARAM; berdasarkan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:
(من غَشَّنا فليس مِنَّا)
"Barangsiapa yang menipu kami maka bukan bagian dari kami". [2]
Contohnya: dia memiliki sebuah mobil, pada mobil tersebut terdapat cacat yang banyak di dalamnya, kemudian dia sengaja menampilkannya dengan warna yang cantik, dan jadilah penampilan luarnya mengkilat hingga pembeli tertipu bahwasanya mobil tersebut bagus sehingga membelinya. Maka dalam keadaan demikian bagi pembeli memiliki hak untuk mengembalikan barang tersebut kepada penjual dan meminta kembali uangnya.
__________
[1] Muttafaq 'alaih: HR. Bukhari no. (2110), dan Muslim no. (1532).
[2] HR. Muslim no. (101).
📚 Al-Fiqh Al-Muyassar Fi Dhow Al-Kitab wa As-Sunnah [juz 1 / hlm. 213-214]
📝 Alih Bahasa:
Al-Ustadz Muhammad Sholehuddin Abu 'Abduh حفظه الله
〰 Teks Arabic 〰
المسألة الرابعة: الخيار في البيع:
الخيار: أن يكون لكل من البائع والمشتري الحقُّ في إمضاء عقد البيع، أو فسخه.
فالأصل في عقد البيع أن يكون لازماً، متى انعقد مستوفياً أركانه وشروطه، ولا يحق لأي من المتعاقدين الرجوع عنه.
إلا أنَّ الدين الإسلامي دينُ السماحة واليسر، يراعي المصالح والظروفَ لجميع أفراده. ومن ذلك أنَّ المسلم إذا اشترى سلعة أو باعها لسبب ما، ثم ندم على ذلك، فقد أباح له الشرع الخيار حتى يفكر في أمره، وينظر في مصلحته، فيقدم على البيع أو يتراجع عنه، على ما يراه مناسباً له.
أقسام الخيار:
للخيار أقسام، أهمها:
أولاً: خيار المجلس: وهو المكان الذي يجري فيه التبايع، فيكون لكل واحدٍ من العاقدين الخيار ما داما في مجلس العقد ولم يتفرقا منه؛ لحديث ابن عمر رضي الله عنهما، أن النبي - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قال: (البيعان بالخيار ما لم يتفرقا) (1).
ثانياً: خيار الشرط: وهو أن يشترط المتعاقدان، أو أحدهما الخيار إلى مدة معلومة، لإمضاء العقد أو فسخه، فإذا انتهت المدة المحددة بينهما من بداية العقد، ولم يُفسخ صار لازماً.
مثاله: أن يشتري رجل من آخر سيارة، ويقول المشتري: لي الخيار مدة شهر كامل، فإن تراجع عن الشراء خلال الشهر فله ذلك، وإلا لزمه شراء السيارة بمجرد انتهاء الشهر.
ثالثاً: خيار العيب، وهو الذي يَثْبُت للمشتري إذا وجد عيباً في السلعة، لم يخبره به البائع، أو لم يَعْلم البائعُ به، وتنقص بسبب هذا العيب قيمة السلعة، ويُرجع في معرفة ذلك إلى أهل الخبرة من التجار المعتبرين، فما عدّوه عيباً ثبت به الخيار، وإلا فلا.
ويثبت هذا الخيار للمشتري، فإن شاء أمضى البيع، وأخذ عِوض العيب، وهو الفرق بين قيمة السلعة صحيحة وقيمتها وهي معيبة، وإن شاء ردَّ السلعة، واسترد الثمن الذي دفعه إلى البائع.
رابعاً: خيار التدليس، وهو: أن يدلس البائع على المشتري ما يزيد به الثمن، وهذا الفعل محرم؛ لقوله - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: (من غَشَّنا فليس منَّا) (2).
مثاله: أن يكون عنده سيارة، فيها عيوبٌ كثيرة في داخلها، فيعمد إلى إظهارها بلون جميل، ويجعل مظهرها الخارجي براقاً حتى يخدع المشتري بأنها سليمة فيشتريها. ففي هذه الحالة يكون للمشتري الحق في رد السلعة على البائع واسترجاع الثمن.
----------------
(1) متفق عليه: رواه البخاري برقم (2110)، ومسلم برقم (1532).
(2) رواه مسلم برقم (101).
📚 الفقه الميسر في ضوء الكتاب والسنة [جزء 1 / صفحة 213-214]
🌎 http://shamela.ws/browse.php/book-22726/page-230
〰〰〰〰〰〰〰
📚 WA Salafy Kendari 📡
Maka hukum asal dalam akad jual-beli adalah lazim (harus ditunaikan), bilamana terjadi nya akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya, dan tidak berhak bagi siapa pun dari kedua belah pihak yang membuat akad untuk menarik kembali darinya.
Hanya saja agama islam adalah agama yang murah hati dan mudah, yang menjaga kemaslahatan dan keuntungan bagi setiap individunya. Dan diantaranya ialah bahwa seorang muslim apabila dia membeli sebuah barang atau menjualnya oleh karena sebab tertentu, kemudian dia menyesal atas pembeliannya itu, maka syariat telah membolehkan baginya untuk memilih (khiyar) hingga dia memutuskan perkaranya, dan melihat kepada kemaslahatannya, sehingga dia melanjutkan jual-belinya atau mengembalikannya, berdasarkan apa yang dia lihat sesuai baginya.
📌 Pembagian pilihan (khiyar):
Khiyar terbagi beberapa bagian, paling pentingnya:
PERTAMA: Khiyarul Majlis: yaitu tempat terjadinya jual-beli, sehingga bagi setiap masing-masing dari pelaku transaksi memiliki pilihan (khiyar) selama keduanya masih dalam majelis akad (jual-beli) dan keduanya belum berpisah dari majelis tersebut; berdasarkan hadits Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
(البيعان بالخيار ما لم يتفرقا)
"Dua orang yang melakukan akad jual-beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah". [1]
KEDUA: Khiyar As-Syarth: yaitu kedua pelaku jual beli membuat persyaratan (kesepakatan), atau salah satu dari keduanya melakukan khiyar hingga waktu yang sudah ditentukan, untuk melangsungkan akad atau membatalkannya, maka apabila masa yang telah ditentukan habis antara keduanya yang dimulai dari permulaan akad, dan dia tidak melakukan pembatalan maka jadilah (jual beli tersebut) harus ditunaikan.
Contohnya: seseorang membeli dari orang lain sebuah mobil, pembeli mengatakan: "saya melakukan khiyar hingga satu bulan penuh, maka jika dia mengembalikan barang dari pembelian ditengah-tengah bulan tersebut maka boleh baginya untuk membatalkan, dan jika tidak maka wajib baginya untuk membeli mobil tersebut hanya dengan habisnya batas waktu satu bulan.
KETIGA: Khiyarul 'Aib, yaitu yang dibenarkan bagi pembeli apabila dia temukan sebuah cacat pada barang dagangan, yang tidak diberitahukan oleh penjual, atau yang tidak diketahui oleh penjual dari barangnya, dan dengan sebab cacat ini menjadikan nilai jual barang tersebut menjadi berkurang, dan dikembalikan pengetahuan akan hal cacat tersebut kepada para ahli dari para pedagang yang kompeten, maka apabila para ahli menilainya hal itu sebuah cacat maka dibolehkan bagi pembeli melakukan khiyar, dan jika tidak maka tidak boleh melakukan khiyar.
Dan khiyar ini dibenarkan bagi pembeli, maka jika dia ingin dia boleh melanjutkan jual belinya, dan mengambil kompensasi dari cacat tersebut, yaitu berupa perbedaan antara harga barang yang bagus dengan nilai harga barangnya yaitu yang cacat, dan jika dia mau maka boleh dia kembalikan barangnya, dan dikembalikan uang yang sudah dia berikan kepada penjual.
KEEMPAT: Khiyar At-Tadlis, yaitu penjual melakukan tadlis (pengkaburan) kepada pembeli yang menyebabkan bertambahnya nilai harga, dan perbuatan ini HARAM; berdasarkan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:
(من غَشَّنا فليس مِنَّا)
"Barangsiapa yang menipu kami maka bukan bagian dari kami". [2]
Contohnya: dia memiliki sebuah mobil, pada mobil tersebut terdapat cacat yang banyak di dalamnya, kemudian dia sengaja menampilkannya dengan warna yang cantik, dan jadilah penampilan luarnya mengkilat hingga pembeli tertipu bahwasanya mobil tersebut bagus sehingga membelinya. Maka dalam keadaan demikian bagi pembeli memiliki hak untuk mengembalikan barang tersebut kepada penjual dan meminta kembali uangnya.
__________
[1] Muttafaq 'alaih: HR. Bukhari no. (2110), dan Muslim no. (1532).
[2] HR. Muslim no. (101).
📚 Al-Fiqh Al-Muyassar Fi Dhow Al-Kitab wa As-Sunnah [juz 1 / hlm. 213-214]
📝 Alih Bahasa:
Al-Ustadz Muhammad Sholehuddin Abu 'Abduh حفظه الله
〰 Teks Arabic 〰
المسألة الرابعة: الخيار في البيع:
الخيار: أن يكون لكل من البائع والمشتري الحقُّ في إمضاء عقد البيع، أو فسخه.
فالأصل في عقد البيع أن يكون لازماً، متى انعقد مستوفياً أركانه وشروطه، ولا يحق لأي من المتعاقدين الرجوع عنه.
إلا أنَّ الدين الإسلامي دينُ السماحة واليسر، يراعي المصالح والظروفَ لجميع أفراده. ومن ذلك أنَّ المسلم إذا اشترى سلعة أو باعها لسبب ما، ثم ندم على ذلك، فقد أباح له الشرع الخيار حتى يفكر في أمره، وينظر في مصلحته، فيقدم على البيع أو يتراجع عنه، على ما يراه مناسباً له.
أقسام الخيار:
للخيار أقسام، أهمها:
أولاً: خيار المجلس: وهو المكان الذي يجري فيه التبايع، فيكون لكل واحدٍ من العاقدين الخيار ما داما في مجلس العقد ولم يتفرقا منه؛ لحديث ابن عمر رضي الله عنهما، أن النبي - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قال: (البيعان بالخيار ما لم يتفرقا) (1).
ثانياً: خيار الشرط: وهو أن يشترط المتعاقدان، أو أحدهما الخيار إلى مدة معلومة، لإمضاء العقد أو فسخه، فإذا انتهت المدة المحددة بينهما من بداية العقد، ولم يُفسخ صار لازماً.
مثاله: أن يشتري رجل من آخر سيارة، ويقول المشتري: لي الخيار مدة شهر كامل، فإن تراجع عن الشراء خلال الشهر فله ذلك، وإلا لزمه شراء السيارة بمجرد انتهاء الشهر.
ثالثاً: خيار العيب، وهو الذي يَثْبُت للمشتري إذا وجد عيباً في السلعة، لم يخبره به البائع، أو لم يَعْلم البائعُ به، وتنقص بسبب هذا العيب قيمة السلعة، ويُرجع في معرفة ذلك إلى أهل الخبرة من التجار المعتبرين، فما عدّوه عيباً ثبت به الخيار، وإلا فلا.
ويثبت هذا الخيار للمشتري، فإن شاء أمضى البيع، وأخذ عِوض العيب، وهو الفرق بين قيمة السلعة صحيحة وقيمتها وهي معيبة، وإن شاء ردَّ السلعة، واسترد الثمن الذي دفعه إلى البائع.
رابعاً: خيار التدليس، وهو: أن يدلس البائع على المشتري ما يزيد به الثمن، وهذا الفعل محرم؛ لقوله - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: (من غَشَّنا فليس منَّا) (2).
مثاله: أن يكون عنده سيارة، فيها عيوبٌ كثيرة في داخلها، فيعمد إلى إظهارها بلون جميل، ويجعل مظهرها الخارجي براقاً حتى يخدع المشتري بأنها سليمة فيشتريها. ففي هذه الحالة يكون للمشتري الحق في رد السلعة على البائع واسترجاع الثمن.
----------------
(1) متفق عليه: رواه البخاري برقم (2110)، ومسلم برقم (1532).
(2) رواه مسلم برقم (101).
📚 الفقه الميسر في ضوء الكتاب والسنة [جزء 1 / صفحة 213-214]
🌎 http://shamela.ws/browse.php/book-22726/page-230
〰〰〰〰〰〰〰
📚 WA Salafy Kendari 📡
Tidak ada komentar:
Posting Komentar